Jumat, 11 Juli 2014

Tedhak Siten

1.      Prosesi upacara pertama kali anak dibimbing kedua orang tuanya berjalan (dititah) dengan kaki menginjak-injak juwadah atau jenang yang berjumlah tujuh warna. Jenang atau jadah yang terbuat dari ketan dan terdiri 7 warna melambangkan unsur-unsur kehidupan di dunia ini yang kelak akan dilalui oleh anak.
Merah perlambang berani, putih melambangkan kesucian, hijau melambangkan alam semesta, biru melambangkan langit, kuning melambangkan cahaya, jingga melambangkan matahari dan coklat itu melambangkan bumi. Juwadah 7 warna juga melambangkan agar anak kelak bisa menanggulangi berbagai kesulitan yang menghadangnya. Selesai menginjak ketujuh jadah tersebut, anak menginjak tanah sebagai perlambang pertama kalinya iya turun ke tanah.
2.      Pada tahapan kedua, anak dinaikkan di atas tangga yang terbuat dari tebu wulung atau tebu hitam.
Prosesi ini mempunyai arti agar ia mendapat kehidupan yang sukses dan dinamis setahap demi setahap. Harapannya adalah agar sang anak mantap menjalani kehidupannya kelak yang diharapkan kian lama kian tinggi, baik usia, karier, jabatan, rohani dan pendidikannya. Setelah sampai pada tangga teratas, sang anak  kemudian dibopong tinggi-tinggi oleh bapaknya dengan harapan kelak anak tersebut  akan sampai pada puncak tertinggi dalam kehidupannya. Tangga “tebu” dalam bahasa Jawa mempunyai arti anteping kalbu, yaitu ketetapan hati dalam mengejar cita-cita agar lekas tercapai.
3.      Pada tahap ketiga, anak dimasukkan ke dalam kurungan (kurungan di sini mempunyai arti bhawa kelak harapannya anak dapat masuk ke dalam masyarakat luas dan dapat bermanfaat di dalamnya) dan memilih benda yg telah disiapkan sebelumnya dalam kurungan tersebut. Benda yang dipilih tersebut menggambarkan apa yang akan dipilih oleh si anak di masa depannya, sebagai contoh jika si anak memilih mainan berbentuk alat kedokteran, maka di masa depan si anak akan menjadi dokter.
4.      Pada tahap ke empat, orang tua menyebarkan beras kuning, biji-bijian, dan bermacam-macam uang logam. Prosesi ini disebut dengan “nyebar udhik-udhik”. Undangan yang hadir turut berebut untuk meramaikan suasana. Makna lain dari prosesi tersebut adalah, kelak harapannya si anak menjadi anak yang dermawan, senang membantu dan senang memberi.
5.      Prosesi ke lima yaitu memandikan si anak dengan banyu gege (air yang telah diembunkan dan kemudian pada siang harinya dijemur sinar matahari). Makna dari prosesi ini adalah agar kelak anak dapat menjalani hidupnya dengan tegar. Dalam istilah Jawa sering disebut dengan gelis gedhe lan ilang sarap sawane.
Setelah anak dimandikan, dikenakan pakaian yang bagus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar