1.
Prosesi
upacara pertama kali anak dibimbing kedua orang tuanya berjalan (dititah)
dengan kaki menginjak-injak juwadah atau jenang yang berjumlah tujuh warna.
Jenang atau jadah yang terbuat dari ketan dan terdiri 7 warna melambangkan unsur-unsur
kehidupan di dunia ini yang kelak akan dilalui oleh anak.
Merah perlambang berani, putih melambangkan kesucian, hijau melambangkan alam semesta, biru melambangkan langit, kuning melambangkan cahaya, jingga melambangkan matahari dan coklat itu melambangkan bumi. Juwadah 7 warna juga melambangkan agar anak kelak bisa menanggulangi berbagai kesulitan yang menghadangnya. Selesai menginjak ketujuh jadah tersebut, anak menginjak tanah sebagai perlambang pertama kalinya iya turun ke tanah.
Merah perlambang berani, putih melambangkan kesucian, hijau melambangkan alam semesta, biru melambangkan langit, kuning melambangkan cahaya, jingga melambangkan matahari dan coklat itu melambangkan bumi. Juwadah 7 warna juga melambangkan agar anak kelak bisa menanggulangi berbagai kesulitan yang menghadangnya. Selesai menginjak ketujuh jadah tersebut, anak menginjak tanah sebagai perlambang pertama kalinya iya turun ke tanah.
2.
Pada tahapan
kedua, anak dinaikkan di atas tangga yang terbuat dari tebu wulung atau tebu
hitam.
Prosesi ini mempunyai arti agar ia mendapat kehidupan yang sukses
dan dinamis setahap demi setahap. Harapannya adalah agar sang anak mantap menjalani kehidupannya kelak yang diharapkan
kian lama kian tinggi, baik usia, karier, jabatan, rohani dan pendidikannya. Setelah sampai pada tangga teratas, sang anak kemudian dibopong
tinggi-tinggi oleh bapaknya dengan harapan kelak anak tersebut akan sampai pada
puncak tertinggi dalam kehidupannya. Tangga “tebu” dalam bahasa Jawa mempunyai arti anteping
kalbu, yaitu ketetapan hati dalam mengejar
cita-cita agar lekas tercapai.
3.
Pada tahap ketiga, anak dimasukkan ke dalam kurungan (kurungan di sini mempunyai arti bhawa kelak harapannya anak
dapat masuk ke dalam masyarakat luas dan dapat bermanfaat di dalamnya) dan memilih benda yg telah
disiapkan sebelumnya dalam
kurungan tersebut. Benda
yang dipilih tersebut menggambarkan apa yang akan dipilih oleh si anak di masa
depannya, sebagai contoh jika si anak memilih mainan berbentuk alat kedokteran,
maka di masa depan si anak akan menjadi dokter.
4.
Pada tahap
ke empat, orang tua menyebarkan beras kuning, biji-bijian, dan bermacam-macam
uang logam. Prosesi ini disebut dengan “nyebar udhik-udhik”. Undangan yang
hadir turut berebut untuk meramaikan suasana. Makna lain dari prosesi tersebut
adalah, kelak harapannya si anak menjadi anak yang dermawan, senang membantu
dan senang memberi.
5.
Prosesi ke
lima yaitu memandikan si anak dengan banyu gege (air yang telah diembunkan dan
kemudian pada siang harinya dijemur sinar matahari). Makna dari prosesi ini
adalah agar kelak anak dapat menjalani hidupnya dengan tegar. Dalam istilah
Jawa sering disebut dengan gelis gedhe
lan ilang sarap sawane.
Setelah
anak dimandikan, dikenakan pakaian yang bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar