Sabtu, 12 Juli 2014

Resensi Novel Timbreng



Novel Timbreng
Karya Satim Katarjono

Novel Timbreng menceritakan dua orang pemuda yang berjuang membela Indonesia yang pada saat itu Belanda masih ingin menjajah Indonesia setelah kemerdekaan yakni di awal tahun 1949. Dua pemuda itu bernama Darno dan Herman. Keduanya mendapat amanat dan tugas dari Komandannya yang bernama Pak Royo. Mereka ditugaskan untuk membobol markas gudang penyimpanan senjata Belanda yang berada di dekat bekas Hotel Aurora sebelah timur alun- alun Ngawi. Namun di tengah perjalanan dalam melaksanakan misinya, Darno teringat dengan Tarmi tunangannya yang sudah lama tidak ia temui. Tarmi berada di daerah kota Ngawi. Sedangkan Herman juga teringat pada almarhumah ibunya yang pernah bercerita bahwa ayah kandung Herman yang belum pernah ia temui adalah seorang dari Belanda yang bernama Hendrik. Ibunya yang bernama Salamah mengatakan kalau Hendrik pada saat itu masih hidup dan tidak tahu sekarang dimana keberadaannya. Salamah memberikan foto Hendrik kepada Herman dan berpesan agar Herman tidak usah berusaha mencari Hendrik ayahnya. Dalam lamunannya ia tidak bisa membayangkan kalau seandainya dia dipertemukan dengan Hendrik ayahnya yang ternyata adalah seseorang dari Belanda. Darno dan Herman saling cerita apa yang saat itu mereka pikirkan. Darno sangat ingin bertemu dengan Tarmi sedangkan ia harus menunaikan kewajiban yang diberikan Pak Royo untuk menjalankan sebuah misi. Sehingga Darno dan Herman memutuskan akan menemui Tarmi setelah tugas berat itu selesai.
Namun ketika sudah dekat dengan gudang penyimpanan senjata Belanda yang mereka tuju, hal yang tak diinginkan terjadi. Tentara Belanda menangkap Darno namun Herman berhasil melarikan diri. Sehingga misi mereka untuk membobol gudang tersebut gagal. Akhirnya suatu hari Herman bertekat untuk mengabari Tarmi bahwa Darno tertangkap oleh tentara Belanda. Pada malam itu Herman memanjat atap rumah Tarmi dan tepat diatas kamar Tarmi, Herman menjatuhkan suratnya yang berisi bahwa Darno tertangkap serdadu Belanda. Herman juga menulis kalau kapan- kapan ia akan bertamu ke rumah Tarmi untuk menceritakan hal tersebut. Betapa sedihnya hati Tarmi dan keluarganya yang pada saat itu ia tinggal bersama dengan ibu dan adiknya yang bernama Talkah. Tarmi dan Talkah memtuskan untuk meminta bantuan kepada seorang jenderal Belanda yang selama ini sering menolong mereka dank arena jenderal itulah keluarga Tarmi merasa terlindungi dari kekejaman penjajah Belanda.
Pada malam berikutnya Herman benar- benar datang ke rumah Tarmi dengan diam- diam karena pada saat itu di desa tersebut keadaannya sangat tidak aman. Setelah dibukakan pintu belakang akhirnya Herman dapat masuk ke rumah Tarmi. Pada saat itulah Herman merasa deg- degan ketika melihat Tarmi. Dia mengakui kemanisan Tarmi yang selam ini sering diceritakan oleh Darno dan jika dipandang lebih lama ternyata Tarmi mirip dengan Salamah ibunya. Herman juga mengajak Tarmi agar ia dan keluarganya mau mengungsi bersama Herman. Namun Tarmi belum bisa memutuskan.
Jenderal yang dulu pernah dimintai tolong untuk membebaskan Darno pada awalnya memang mau menolong namun setelah beberapa hari ketika Talkah menanyakan hal tersebut jenderal itu marah- marah dan menolak untuk membebaskan Darno. Sehingga pada saat itu Talkah sangat benci kepada jenderal itu dan memutuskan un tuk mencari calon kakak iparnya sendiri. Sebenarnya ibu dan kakaknya tidak mengizinkan Talkah pergi sendirian untuk mencari Darno. Namun dia tetap bersikeras untuk pergi juga. Ketika Tarmi menangis memikirkan adik kesayangannya yang belum juga kembali, Herman datang dan mengira bahwa Tarmi menangisi Darno yang belum juga ada kabarnya. Herman berkata kepada Tarmi bahwa ia mau menggantikan posisi Darno dihatinya. Malam itu juga ada ketukan pintu yang sudah diketahui Tarmi siapa yang datang karena ketukannya sudah dikenal bahwa yang datang adalah Hendrik jenderal Belanda yang selama ini menolong keluarganya dan yang berubah pikiran untuk tidak jadi membebaskan Darno. Herman sembunyi dibawah kolong tempat tidur saat Tarmi keluar untuk membuka pintu. Saat itu Hendrik dalam keadaan mabuk dan dia bermaksud untuk mengajak Tarmi ke Semarang karena ia dipindah tugaskan kesana. Hendrik bercerita banyak dan berkata bahwa Tarmi sangat mirip dengan kekasihnya dulu yang selama ini ia cari dan tidak ia temukan. Herman yang berada di dalam kamar mendengar semua percakapan mereka dan betapa kagetnya ketika Hendrik mengajak Tarmi kedalam kamar untuk minta ditemani tidur. Saat itu juga Herman dan Tarmi meringkus Hendrik yang sudah tidak berdaya lagi. Ternyata Hendrik adalah ayah kandung Herman yang selama ini menelantarkannya dan ibunya Salamah. Saat itu ia berniat ingin membunuh Hendrik namun tidak jadi. Malam itu juga Talkah pulang dan bercerita bahwa ia tidak menemui Darno. Dia juga bilang niatnya untuk menyelamatkan Darno  diketahui oleh tentara Belanda sehingga ia lari untuk pulang dan sepertinya tentara Belanda mengikutinya. Sehingga pada malam itu juga Tarmi, Talkah dan ibunya mengikuti ajakan Herman untuk mengungsi dan meninggalkan rumah mereka dan Hendrik yang diringkus di dalam kamar Tarmi.
Akhirnya mereka sampai di suatu desa. Disana Tarmi dan keluarganya tinggal di rumah kepala desa tersebut sedangkan Herman tinggal di rumah Bayan. Di desa itulah keluarga Tarmi merasakan kenyamanan. Ibu Tarmi mendesak Tarmi agar menerima Herman sebagai suaminya karena sampai saat itu Darno belum juga ada kabarnya Talkah yang semula tidak setuju akhirnya pun juga mendesak Tarmi agar menerima Darno. Namun Tarmi tidak bisa menjawab karena dalam hatinya bicara bahwa Darno masih hidup.
Setelah beberapa hari tinggal di desa tersebut, herman mendapat tugas lagi dari Pak Royo agar di pergi ke markas mereka untuk menemui Pak Royo. Herman, Tarmi beserta ibu dan adiknya pamit untuk meninggalkan desa tersebut. Kepala desa menyuruh dua orang untuk menemani perjalanan mereka. Ketika di tengah jalan saat Herman berhenti dan di tunggu oleh dua orang desa tersebut, Tarmi dan keluarganya berjalan terus karena tidak mengetahui kalau Herman berhenti. Saat itu juga Tarmi, Talkah dan ibunya melihat dua orang duduk dibawah pohon nangka dan salah satu dari dua orang itu sepertinya mereka mengenalnya. Tarmi menghampiri kedua orang tersebut dan betapa kagetnya Tarmi bahwa salah satu orang tersebut adalah Darno yang selama ini dia cari. Ternyata Darno masih hidup. Tarmi sangat bahagia karena Darno masih hidup. Talkah dan ibunya merasa bersalah karena sudah beranggapan bahwa Darno sudah meninggal. Sedangkan Herman yang tadi berhenti di pinggir sungai ternyata tidak datang juga. Dua orang desa tadi memberikan surat kepada Darno yang ditulis Herman untuknya. Dalam surat itu Herman berkata bahwa ia sudah menemui Hendrik ayah kandungnya dan dia juga pamit ingin berziarah ke makam ibunya Salamah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar