Novel
Timbreng
Karya
Satim Katarjono
Novel
Timbreng menceritakan dua orang pemuda yang berjuang membela Indonesia yang
pada saat itu Belanda masih ingin menjajah Indonesia setelah kemerdekaan yakni
di awal tahun 1949. Dua pemuda itu bernama Darno dan Herman. Keduanya mendapat
amanat dan tugas dari Komandannya yang bernama Pak Royo. Mereka ditugaskan
untuk membobol markas gudang penyimpanan senjata Belanda yang berada di dekat
bekas Hotel Aurora sebelah timur alun- alun Ngawi. Namun di tengah perjalanan
dalam melaksanakan misinya, Darno teringat dengan Tarmi tunangannya yang sudah
lama tidak ia temui. Tarmi berada di daerah kota Ngawi. Sedangkan Herman juga
teringat pada almarhumah ibunya yang pernah bercerita bahwa ayah kandung Herman
yang belum pernah ia temui adalah seorang dari Belanda yang bernama Hendrik.
Ibunya yang bernama Salamah mengatakan kalau Hendrik pada saat itu masih hidup
dan tidak tahu sekarang dimana keberadaannya. Salamah memberikan foto Hendrik
kepada Herman dan berpesan agar Herman tidak usah berusaha mencari Hendrik
ayahnya. Dalam lamunannya ia tidak bisa membayangkan kalau seandainya dia
dipertemukan dengan Hendrik ayahnya yang ternyata adalah seseorang dari
Belanda. Darno dan Herman saling cerita apa yang saat itu mereka pikirkan. Darno
sangat ingin bertemu dengan Tarmi sedangkan ia harus menunaikan kewajiban yang
diberikan Pak Royo untuk menjalankan sebuah misi. Sehingga Darno dan Herman
memutuskan akan menemui Tarmi setelah tugas berat itu selesai.
Namun
ketika sudah dekat dengan gudang penyimpanan senjata Belanda yang mereka tuju,
hal yang tak diinginkan terjadi. Tentara Belanda menangkap Darno namun Herman
berhasil melarikan diri. Sehingga misi mereka untuk membobol gudang tersebut
gagal. Akhirnya suatu hari Herman bertekat untuk mengabari Tarmi bahwa Darno
tertangkap oleh tentara Belanda. Pada malam itu Herman memanjat atap rumah
Tarmi dan tepat diatas kamar Tarmi, Herman menjatuhkan suratnya yang berisi
bahwa Darno tertangkap serdadu Belanda. Herman juga menulis kalau kapan- kapan
ia akan bertamu ke rumah Tarmi untuk menceritakan hal tersebut. Betapa sedihnya
hati Tarmi dan keluarganya yang pada saat itu ia tinggal bersama dengan ibu dan
adiknya yang bernama Talkah. Tarmi dan Talkah memtuskan untuk meminta bantuan
kepada seorang jenderal Belanda yang selama ini sering menolong mereka dank
arena jenderal itulah keluarga Tarmi merasa terlindungi dari kekejaman penjajah
Belanda.
Pada
malam berikutnya Herman benar- benar datang ke rumah Tarmi dengan diam- diam
karena pada saat itu di desa tersebut keadaannya sangat tidak aman. Setelah
dibukakan pintu belakang akhirnya Herman dapat masuk ke rumah Tarmi. Pada saat
itulah Herman merasa deg- degan ketika melihat Tarmi. Dia mengakui kemanisan
Tarmi yang selam ini sering diceritakan oleh Darno dan jika dipandang lebih
lama ternyata Tarmi mirip dengan Salamah ibunya. Herman juga mengajak Tarmi
agar ia dan keluarganya mau mengungsi bersama Herman. Namun Tarmi belum bisa
memutuskan.
Jenderal
yang dulu pernah dimintai tolong untuk membebaskan Darno pada awalnya memang
mau menolong namun setelah beberapa hari ketika Talkah menanyakan hal tersebut
jenderal itu marah- marah dan menolak untuk membebaskan Darno. Sehingga pada
saat itu Talkah sangat benci kepada jenderal itu dan memutuskan un tuk mencari calon
kakak iparnya sendiri. Sebenarnya ibu dan kakaknya tidak mengizinkan Talkah
pergi sendirian untuk mencari Darno. Namun dia tetap bersikeras untuk pergi
juga. Ketika Tarmi menangis memikirkan adik kesayangannya yang belum juga
kembali, Herman datang dan mengira bahwa Tarmi menangisi Darno yang belum juga
ada kabarnya. Herman berkata kepada Tarmi bahwa ia mau menggantikan posisi
Darno dihatinya. Malam itu juga ada ketukan pintu yang sudah diketahui Tarmi
siapa yang datang karena ketukannya sudah dikenal bahwa yang datang adalah
Hendrik jenderal Belanda yang selama ini menolong keluarganya dan yang berubah
pikiran untuk tidak jadi membebaskan Darno. Herman sembunyi dibawah kolong
tempat tidur saat Tarmi keluar untuk membuka pintu. Saat itu Hendrik dalam keadaan
mabuk dan dia bermaksud untuk mengajak Tarmi ke Semarang karena ia dipindah
tugaskan kesana. Hendrik bercerita banyak dan berkata bahwa Tarmi sangat mirip
dengan kekasihnya dulu yang selama ini ia cari dan tidak ia temukan. Herman
yang berada di dalam kamar mendengar semua percakapan mereka dan betapa
kagetnya ketika Hendrik mengajak Tarmi kedalam kamar untuk minta ditemani
tidur. Saat itu juga Herman dan Tarmi meringkus Hendrik yang sudah tidak
berdaya lagi. Ternyata Hendrik adalah ayah kandung Herman yang selama ini
menelantarkannya dan ibunya Salamah. Saat itu ia berniat ingin membunuh Hendrik
namun tidak jadi. Malam itu juga Talkah pulang dan bercerita bahwa ia tidak
menemui Darno. Dia juga bilang niatnya untuk menyelamatkan Darno diketahui oleh tentara Belanda sehingga ia
lari untuk pulang dan sepertinya tentara Belanda mengikutinya. Sehingga pada
malam itu juga Tarmi, Talkah dan ibunya mengikuti ajakan Herman untuk mengungsi
dan meninggalkan rumah mereka dan Hendrik yang diringkus di dalam kamar Tarmi.
Akhirnya
mereka sampai di suatu desa. Disana Tarmi dan keluarganya tinggal di rumah
kepala desa tersebut sedangkan Herman tinggal di rumah Bayan. Di desa itulah
keluarga Tarmi merasakan kenyamanan. Ibu Tarmi mendesak Tarmi agar menerima
Herman sebagai suaminya karena sampai saat itu Darno belum juga ada kabarnya
Talkah yang semula tidak setuju akhirnya pun juga mendesak Tarmi agar menerima
Darno. Namun Tarmi tidak bisa menjawab karena dalam hatinya bicara bahwa Darno
masih hidup.
Setelah
beberapa hari tinggal di desa tersebut, herman mendapat tugas lagi dari Pak
Royo agar di pergi ke markas mereka untuk menemui Pak Royo. Herman, Tarmi
beserta ibu dan adiknya pamit untuk meninggalkan desa tersebut. Kepala desa
menyuruh dua orang untuk menemani perjalanan mereka. Ketika di tengah jalan
saat Herman berhenti dan di tunggu oleh dua orang desa tersebut, Tarmi dan
keluarganya berjalan terus karena tidak mengetahui kalau Herman berhenti. Saat
itu juga Tarmi, Talkah dan ibunya melihat dua orang duduk dibawah pohon nangka
dan salah satu dari dua orang itu sepertinya mereka mengenalnya. Tarmi
menghampiri kedua orang tersebut dan betapa kagetnya Tarmi bahwa salah satu
orang tersebut adalah Darno yang selama ini dia cari. Ternyata Darno masih
hidup. Tarmi sangat bahagia karena Darno masih hidup. Talkah dan ibunya merasa
bersalah karena sudah beranggapan bahwa Darno sudah meninggal. Sedangkan Herman
yang tadi berhenti di pinggir sungai ternyata tidak datang juga. Dua orang desa
tadi memberikan surat kepada Darno yang ditulis Herman untuknya. Dalam surat
itu Herman berkata bahwa ia sudah menemui Hendrik ayah kandungnya dan dia juga
pamit ingin berziarah ke makam ibunya Salamah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar