INTERFERENSI
MORFOLOGIS PADA TEKS “GELANGGANG REMAJA” PANJEBAR SEMANGAT
Disusun
untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Sosiolinguistik
Dosen
Pengampu: Prembayun Miji Lestari
Disusun
oleh:
Tri Nurjanah
2601411131
Rombel 05
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
Era globalisasi yang berkembang semakin pesat memengaruhi
kehidupan bermasyarakat. Teknologi yang semakin canggih juga memberikan banyak
dampak bagi keberlangsungan hidup manusia. Salah satunya ialah mempengaruhi
bahasa yang mereka gunakan. Bahasa adalah hal yang sangat penting untuk
berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu kegiatan sosial, dalam kegaiatan tersebut
dikirim dan diterima lambang-lambang yang mengandung arti.
Menurut Dardjowidjojo, bahasa merupakan
suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu
masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan
pada budaya yang mereka miliki bersama. Nababan (1984:1) mengatakan bahwa
bahasa adalah salah satu ciri paling khas yang manusiawi yang membedakannya
dari makhluk-makhluk lain. Sedangkan Chaer (1995:19) mengatakan, secara
tradisional bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk
berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep,
atau juga perasaan. Kesimpulannya, bahasa merupakan alat komunikasi yang
digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pikiran mereka.
Sekarang ini, komunikasi tetap dapat
dilakukan walaupun dalam keadaan tidak bertatap muka. Era globalisasi yang
semakin canggih menciptakan berbagai media yang mempermudah komunikasi antar
masyarakat. Bentuknyapun beraneka ragam, mulai dari media audio, media visual,
dan media cetak. Salah satu bentuk media cetak yaitu majalah. Melalui majalah
tersebut, seseorang dapat menyampaikan informasi, baik yang bertujuan untuk
mendidik, menghibur, atau untuk mempengaruhi pembacanya.
Dari berbagai jenis media cetak yang ada,
dalam penelitian ini penulis memilih objek kajian berupa majalah. Majalah
adalah media yang digunakan untuk menghasilkan gagasan feature dan publisistas
bergambar untuk bahan referensi dimasa mendatang. Majalah biasanya terbit
seminggu sekali. Kelebihan dari media ini adalah mampu menyajikan informasi
yang tidak hanya menjawab pertanyaan 5W+1H, tetapi juga secara tuntas dengan
pembahasan dari berbagai sisi, dicetak dengan kertas yang menarik dan
berkualitas sehingga mampu menampilkan gambar-gambar yang lebih menarik dan
mampu disimpan pada jangka waktu yang lama. Majalah berisi bermacam-macam
artikel dalam subyek yang berfariasi, yang ditujukan kepada masyarakat umum dan
ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Seiring dengan
perkembangannya, majalah yeng terbit di Indonesia saat ini mulai dari beragam
segi isi maupun segmentasi pasarnya. Kategori majalah dibagi menjadi majalah
berita, keluarga, wanita, pria, remaja, anak-anak, ilmiah populer, umum, hukum,
pertanian, humor, olah raga, dan majalah berbahasa daerah.
Salah satu majalah berbahasa daerah
khususnya bahasa Jawa yang beredar saat ini adalah majalah Panjebar Semangat yang jika dilihat dari segi isinya dapat
dikonsumsi oleh semua kalangan, baik tua, muda, wanita, pria, dan remaja.
Dengan adanya jangkauan yang luas, tidak tertutup kemungkinan penggunaan bahasa
Jawa yang ada dalam majalah tersebut terpengaruh oleh bahasa Indonesia dan
bahasa asing lain. Unsur-unsur dari bahasa lain tetap masuk dalam penggunaan bahasa
Jawa pada majalah Panjebar Semangat. Hal
tersebut biasanya dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari
kaidah atau aturan bahasa. Dalam kasus ini telah timbul interferensi bahasa,
dari penggunaan awal bahasa Jawa, kemudian unsur-unsur dalam bahasa Indonesia
atau bahasa asing yang lain masuk ke dalam bahasa Jawa tersebut. (Chaer,
2004:120)
Weinreich dalam bukunya Language in Contact, mengartikan
interferensi adalah interferensi yang tampak dalam perubahan sistem suatu
bahasa, baik mengenai sistem fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Pembahasan
tentang interferensi sangat luas cakupannya, namun dalam penelitian ini hanya
akan membahas interferensi morfologi dalam pemakaian bahasa Indonesia dan
bahasa asing yang terdapat pada “Gelanggang
Remaja” majalah Panjebar Semangat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
rumusan masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:
- Bagaimana bentuk interferensi morfologi yang terjadi pada teks “Gelanggang Remaja” majalah Panjebar Semangat?
- Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi terjadinya interferensi morfologi bahasa pada teks “Gelanggang Remaja” majalah Panjebar Semangat?
Penelitian ini bertujuan untuk:
- Mengetahui bentuk interferensi morfologi yang terjadi pada teks Gelanggang Remaja majalah Panjebar Semangat.
- Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi morfologi pada teks Gelanggang Remaja majalah Panjebar Semangat.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini
mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis,
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai umpan balik dalam
penyempurnaan pengajaran bahasa.
Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
mahasiswa, dosen, dan peneliti-peneliti lain. Bagi mahasiswa, penelitian ini
dapat dijadikan sebagai acuan untuk meneliti lebih dalam mengenai interferensi
bahasa yang terjadi, juga untuk acuan agar dalam pengajaran bahasa Jawa tidak
terjadi intreferensi. Bagi dosen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran untuk mengukur potensi mahasiswa dalam menerapkan bahasa
Jawa. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
penelitian yang lebih mendalam mengenai interferensi morfologi pada obyek lain.
Penelitian
sebelumnya tentang interferensi sudah banyak dilakukan. Terbukti dengan
beberapa penulis yang mulai menulis sejak 1950 seperti Weinrich, Haugen, Ferguson,
Mackey, Lado, dan Richard. Di indonesia sendiri, penelitian tentang
interferensi telah dilakukan oleh Rusyana (1957). Dalam penelitiannya yang
berjudul Interferensi Morfologi pada
Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Anak-anak yang Bernahasa Sunda Murid Sekolah
Dasra Daerah Propinsi Jawa Barat, yang kemudian dilanjutkan oleh Ridjin
(1981), Huda (1981), Abdulhayi (1985), dkk.
Penelitian
yang lainnya juga dilakukan oleh Munasifah (2002), dan Setyowati (2008).
Munasifah
(2002) melakukan penelitian dengan judul Interferensi
Bahasa Jawa ke Dalam Bahasa Indonesia pada Surat Kabar Terbitan Jawa Tengah
Bulan Agustus 2001. Munasifah menemukan hasil berupa bentuk-bentuk
interferensi pada surat kabar terbitan bulan Agustus 2001. Bentuk-bentuk
interferensi tersebut yaitu interferensi morfologis yaitu: a) pemakaian prefiks N-, b) pemakaian prefiks ke- penggantian ter-. C) sufiks –an pada kata dasar bermakna lokatif, d) afiks ke-an pengganti kata “terlalu”, e) imbuhan –an pada kata dasar, f) interferensi
bentuk ulang. Interferensi sintaksis yaitu: a) interferensi fungsi subyek, b)
interferensi fungsi obyek, c) interferensi fungsi keterangan, d) pemakaian
partikel bahasa Jawa. Interferensi leksikal, yakni berupa: a) pemakaian kata
dasar bahasa Jawa, b) pemakaian kata jadian bahasa Jawa. Adapun faktor penyebab
terjadinya interferensi, yaitu karena pemakaian bahasa Jawa sudah menjadi hal
lumrah karena notabene bahasa Jawa adalah bahasa Ibu daerah Jawa Tengah,
terkadang dalam pembuatan beritanya terpengaruh bahasa Jawa. Keudian untuk
mengurangi tingkat keresmian suasana, mengakrabi pembaca lewat tulisan agar
bahasa dalam surat kabar mudah dipahami, dan supaya memberikan kekhasan nuansa
kedaerahan.
Setyowati (2008) juga melakukan penelitian
mengenai interferensi bahasa, dalam skripsinya yang berjudul Interferensi Morfologis dan Sintaksis Bahasa
Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Kolom “Piye ya? Harian Suara Merdeka. Setyowati
menemukan hasil bahwa interferensi yang terjadai pada kolom “Piye ya?” harian Suara Merdeka yaitu
interferensi morfologis, berupa a) pemakaian bentuk nasalisasi bahasa Jawa
yaitu prefiks N-, b) penambahan prefiks ber- bahasa Indonesia, c)
penambahan sufiks –an bahasa Jawa, d)
pertukaran prefiks ke- bahasa Jawa,
e) pertukaran sufiks e- bahasa Jawa
pengganti –nya bahasa Indonesia, f)
pertukaran konfiks ke-an bahasa Jawa
pengganti kata “terlalu” bahasa
Indonesia. Selain itu Setyowati juga menemukan pemakaian kata ulang, dan
interferensi sintaksis dalam penelitiannya. Faktor yang melatarbelakangi
terjadinya interferensi ini adalah pemakaian bahasa Jawa pada saat berbicara
dengan bahasa Indonesia mengakibatkan adanya penyimpangan struktur bahasa.
Penyimpangan struktur tersebut dapat mengakibatkan terjadinya interferensi.
Interferensi pertama kali digunakan oleh
Weinrich (1953) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan
dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang
dilakukan oleh penutur yang bilingual. (Weinreich (1953) dalam Chaer, 2004:120)
Nababan (1993:35) mengungkapkan bahwa
interferensi merupakan suatu gejala “pengacauan” dalam penggunaan bahasa, baik
yang produktif maupun yang reseptif pada orang yang berdwibahasa. Sedangkan
menurut Alwasilah (1993:14) menyebutkan bahwa interferensi bisa terjadi pada
pengucapan, tata bahasa, kosakata, dan makna budaya baik dalam ucapan maupun
tulisan terutama kalau seseorang mempelajarai bahasa kedua.
Pendapat lain mengenai interferensi
dikemukakan oleh Jendra (1995:187) yang menyatakan bahwa interferensi sebagai
gejala penyusupan sistem suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Interferensi timbul
karena kedwibahasaan menerapkan sistem satuan bunyi (fonem) bahasa pertama ke
dalam sistem bunyi bahasa kedua sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan atau
penyimpangan pada sistem fonemik bahasa penerima.
Interferensi merupakan gejala perubahan
terbesar, terpenting dan paling dominan dalam perkembangan bahasa. gejala
interferensi dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain sulit untuk dihindari.
Ramlan (1987:21) mengatakan bahwa
morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang
mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk
terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
morfologi mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu,
baik fungsi gramatik maupun fungsi sintaksis. Selain itu Ramlan juga menegaskan
bahwa selain mempelajari tentang kata, morfologi juga mempelajari perubahan
bentuk kata.
Berdasarkan definisi morfologi tersebut,
dapat diketahui bahwa morfologi berkaitan dengan pembentukan kata dan perubahan
bentuk kata. Perubahan bentuk kata tersebut melalui proses morfologis. Oleh karena
itu, interferensi morfologis berarti interferensi yang terjadi pada pembentukan
dan perubahan bentuk kata.
Pada penelitian Abdulhayi (1985) yang
berjudul Interferensi Gramatikal Bahasa
Indonesia pada Bahasa Jawa, ditemukan tiga bentuk interferensi morfologis
yaitu: (1) interferensi unsur pembentuk kata (UPK), (2) interferensi pola
proses morfologis, (3) kombinasi interferensi UPK dan pola proses morfologis.
Interferensi morfologis unsur pembentuk kata adalah interferensi yang terjadi
karena kemunculan alat pembentuk kata bahasa Indonesia yang berwujud afika,
ulang, dan majemuk dalam proses morfologis bahasa Jawa (Abdulhayi, 1985:19).
Interferensi pola morfologis adalah interferensi morfologis berupa penggunaan
pola proses morfologis bahasa Indonesia dalam proses morfologi bahasa Jawa.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
dua pendekatan yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan
teoretis dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiolinguistik. Pendekatan
sosiolinguistik berkaitan dengan teori-teori atau ilmu yang memperhatikan
bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat (Chaer, 2004:3). Sedangkan pendekatan
metodologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Hal ini dikarenakan hasil perolehannya tidak berupa statistik atau bentuk
hitungan, tetapi dalam bentuk tulisan. Bersifat deskriptif berarti penelitian
bermaksud untuk mendeskripsikan situasi-situasi atau keadaan-keadaan secara
sistematis, faktual, dan akurat. Hasil analisis dari penelitian ini berbentuk
deskripsi tentang bentuk interferensi morfologis Bahasa Indonesia dan bahasa
asing ke dalam bahasa Jawa pada teks “Gelanggang
Remaja” majalah Panjebar Semangat.
Data dalam penelitian ini berupa
kalimat-kalimat yang terkandung interferensi di dalamnya.
Sumber data penelitian ini diambil dari
data tertulis dari teks Gelanggang Remaja
majalah Panjebar Semangat.
Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data. Analisis
data yang digunakan adalah teknik pisah atau teknik pilah, yaitu dengan
memisahkan kalimat-kalimat yang mengandung interferensi bahasa dalam teks Gelanggang Remaja”.
Temuan penelitian ini adalah interferensi
morfologi yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa pada teks Gelanggang Remaja. Data dalam penelitian
ini diambil dari majalah Panjebar
Semangat.
Temuan interferensi morfologis dalam teks Gelanggang Remaja meliputi: (1)
interferensi unsur pembentuk kata, (2) interferensi pola proses morfologis, dan
(3) interferensi kombinasi unsur pembentuk kata dan interferensi pola proses
morfologis.
Interferensi morfologi dapat terjadi
apabila dalam pembentukan kata bahasa Jawa menyerap unsur bahasa atau afiks
lain, dalam hal ini terjadinya penyerapan unsur bahasa Indonesia dan bahasa
lain ke dalam pembentukan kata bahasa Jawa. Persentuhanunsur kedua bahasa tersebut
dapat menyebabkan perubahan sistem bahasa yang bersangkutan. Interferensi
morfologi bahasa indonesia ke dalam bahasa Jawa pada teks Gelanggang Remaja di majalah Panjebar
Semangat berupa (1) interferensi
unsur pembentuk kata, (2) interferensi pola proses morfologis, dan (3)
interferensi kombinasi unsur pembentuk kata dan interferensi pola proses
morfologis.
Interferensi unsur pembentuk kata adalah interferensi morfologis yang
terjadi karena munculnya alat pembentuk kata berupa afiks, perulangan, dan
pemajemukan atau penggunaan frasa bahasa Indonesia dan bahasa asing ke dalam
bahasa Jawa. Berdasarkan data yang diperoleh, interferensi unsur pembentuk kata
terlihat dari kalimat berikut:
“Nanging aja nganggep remeh karya-karya kang wis
diciptakake wanita kang akrab disapa Mouly iki.”
“Namun jangan anggap enteng karya-karya yang sudah
diciptakan oleh wanita yang akrab disapa Mouly ini.”
(data 1)
“Saliyane iku
dheweke uga kasil nembus Festival Sundance 2013 ing Utah, Amerika Serikat
lumantar film When They Don’t Talk About When They Talk About Love, kang ing
layar lebar mau dadi film Indonesia pertama
kang melu kompetisi ing festival film Sundance, lan banjur menangake NETPAC
Award ing Rotterdam Film Festival.
“Selain itu dia juga berhasil menembus Festival Sundance
2013 di Utah, Amerika Serikat lewat film When They Don’t Talk About When They
Talk About Loveyang di layar lebar dijadikan film Indonesia pertama yang
mengikuti kompetisi di Festival film Sundance, dan kemudian memenangkan NETPAC
Award di Rotterdam Film Festival.”
(data 2)
“Merga sejatine aku
pengin nggawe film salawase, seumur
hidup, merga mbuh kenangapa film ndadekake aku luwih urip wae.”
“Karena sejatinya saya ingin membuat film selamanya,
seumur hidup, karena entah karena apa film membuat saya lebih hidup saja.”
(data 3)
Pada data (1), (2)
dan data (3) terdapat kompositium bahasa iNdonesia ke dalam bahasa Jawa yaitu
penggunaan nganggep remeh, pertama, dan
seumur hidup. Kata rersebut merupakan
transliterasi dari bahasa Indonesia yaitu ‘menganggap remeh’, ‘pertama’, dan
‘seumur hidup’. Bentuk pola bahasa Jawa yang baku adalah nggampangaken, kapisan, dan salawase
urip. Berikut data (1), (2) dan (3) yang sudah sesuai dengan bahasa Jawa
baku.
“Nanging aja nggampangaken karya-karya kang wis
diciptakake wanita kang akrab disapa Mouly iki.”
“Namun jangan anggap enteng karya-karya yang sudah
diciptakan oleh wanita yang akrab disapa Mouly ini.”
(data 1)
“Saliyane iku
dheweke uga kasil nembus Festival Sundance 2013 ing Utah, Amerika Serikat
lumantar film When They Don’t Talk About When They Talk About Love, kang ing
layar lebar mau dadi film Indonesia kapisan
kang melu kompetisi ing festival film Sundance, lan banjur menangake NETPAC
Award ing Rotterdam Film Festival.
“Selain itu dia juga berhasil menembus Festival Sundance
2013 di Utah, Amerika Serikat lewat film When They Don’t Talk About When They
Talk About Loveyang di layar lebar dijadikan film Indonesia pertama yang
mengikuti kompetisi di Festival film Sundance, dan kemudian memenangkan NETPAC
Award di Rotterdam Film Festival.”
(data 2)
“Merga sejatine aku
pengin nggawe film salawase, seumur
hidup, merga mbuh kenangapa film ndadekake aku luwih urip wae.”
“Karena sejatinya saya ingin membuat film selamanya,
seumur hidup, karena entah karena apa film membuat saya lebih hidup saja.”
(data 3)
Interferensi
morfologis yang diperoleh pada penelitian ini berupa awalan (prefiks), akhiran (sufiks) dan kombinasi (konfiks).
Berikut ini data yang menunjukkan interferensi pola
proses morfologis:
“Aku milih ora mikiraken utawa ngarep-arep apa-apa saka kana, kita kirim ngono wae
lan ora preduli, yen oleh ya syukur yen ora ya wis”
“Saya memilih untuk tidak memikirkan atau mengaharap
apapun dari itu, kita mengirim seperti itu dan tidak peduli, kalau dapat ya
syukur kalau tidak ya sudah.”
(data 4)
Kata mikiraken pada data (4) pada bahasa Jawa
lebih tepat apabila diganti dengan mikiri
karena kata mikiraken hanya
mengambil dari konfiks me-kan dalam
bahasa Indonesia. Hal ini menimbulkan kesan kaku dan kurang tepat. Pembenaran
pada data (4) yaitu:
“Aku milih ora mikiraken utawa ngarep-arep apa-apa
saka kana, kita kirim ngono wae lan ora preduli, yen oleh ya syukur yen ora ya wis”
“Saya memilih untuk tidak memikirkan atau mengaharap
apapun dari itu, kita mengirim seperti itu dan tidak peduli, kalau dapat ya
syukur kalau tidak ya sudah.”
(data 4)
Interferensi
kombinsai antara interferensi unsur pembentuk kata dan interferensi pola proses
morfologis merupakan gejala munculnya unsur pembentuk kata bahasa Indonesia
bersama dengan morfem pembentuk kata bahasa Jawa. Interferensi kombinasi pembentuk
kata dan pola proses morfologis terdapat pada data berikut:
“Dheweke mung nganggep iku sawijining bonus lan dudu
tujuwan utama nalika nggawe film.”
“Dia hanya menganggap hal tersebut salah satu bonus dan
bukan tujuan utama saat membuat film.”
(data 5)
“Aku ora tau nganggep iki kabeh dadi sawijining bab kang
patut tak banggakake, dudu ateges
aku ora muji syukur ya.”
“Saya tidak pernah menganggap ini semua menjadi salah
satu hal yang patut saya banggakan, bukan berarti saya tidak bersyukur.”
(data 6)
Interferensi
terlihat pada kata nganggep, banggakake. Kata-kata
tersebut memiliki kata dasar anggap dan bangga. Kata-kata dasar tersebut
merupakan kosakata dalam bahasa Indonesia. Dalam kalimat berbahasa Jawa,
kata-kata tersebut lebih tepat apabila diganti ndadekake dan bombongake. Koreksi
terhadap data (5) dan (6) adalah sebagai berikut:
“Dheweke mung ndadekake iku sawijining bonus lan dudu
tujuwan utama nalika nggawe film.”
“Dia hanya menganggap hal tersebut salah satu bonus dan
bukan tujuan utama saat membuat film.”
(data 5)
“Aku ora tau nganggep iki kabeh dadi sawijining bab kang
patut tak bombongake, dudu ateges
aku ora muji syukur ya.”
“Saya tidak pernah menganggap ini semua menjadi salah
satu hal yang patut saya banggakan, bukan berarti saya tidak bersyukur.”
(data 6)
Terjadinya interferensi dapat dikarenakan penutur
menggunakan bahasa pertama ketika sedang berbicara dalam bahasa kedua.
Pemakaian bahasa Indonesia pada saat berbicara dengan bahasa Jawa mengakibatkan
adanya penyimpangan struktur bahasa. penyimpangan tersebutlan yang
mengakibatkan terjadinya interferensi.
Pemakaian bahasa Indonesia atau bahasa asing dalam pemakaian bahasa Jawa
pada teks Gelanggang Remaja majalah Panjebar Semangat dipilih oleh penulis
karena pada teks tersebut banyak ditemukan interferensi bahasa, terutama bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi
terjadinya interferensi, yaitu:
1.
Kebiasaan
penutur menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama.
2.
Bahasa
Indonesis lebih dimengerti oleh kalangan remaja, sebab era modern ini, banyak
anak-anak Jawa yang bahasa ibunya adalah bahasa Indonesia.
3.
Penekanan
makna yang terkadang memang tidak bisa menggunakan bahasa Jawa.
4.
Kesulitan
padanan arti bahasa jika tetap menggunakan bahasa Jawa dalam teks.
Berdasarkan hasil analisis pada teks Gelanggang Remaja majalah Panjebar Semangat ditemukan banyak
interferensi terutama interferensi morfologis. Interferensi morfologis yang
ditemukan berupa (1) interferensi unsur
pembentuk kata, (2) interferensi pola proses morfologis, dan (3) interferensi
kombinasi unsur pembentuk kata dan interferensi pola proses morfologis.
Saran yang dapat diberikan penulis adalah
sebagai berikut:
1.
Pihak
editor sebaiknya lebih memperhatikan penggunaan bahasa pada teks Gelanggang Remaja, apabila terjadi
kesalahan terutama berupa interferensi segera diganti agar menjadi kalimat
berbahasa Jawa yang baik dan benar.
2.
Majalah
Panjebar Semangat dibaca dan
dikonsumsi oleh berbagai kalangan, oleh karena itu pengelola bagian-bagaian
majalah harus lebih memperhatikan penggunaan bahasa agar dapat menjadi contoh
dan meminimalkan kesalahan yang terjadi.
3.
Pembaca
dari berbagai kalangan seharusnya lebih teliti dalam menggunakan bahasa agar
tidak terjadi interferensi.
Abdulhayi, Syaf E. Sulaiman, Sutama, Suharti. 1985. Interferensi Gramatikal Bahasa Indonesia
dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwasilah, A Chaedar. 1993. Linguistik: Suatu Pengantar. Bandung:
Angaksa.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Jendra, I Wayan. 1991. Dasar-dasar Sosiolinguistik. Denpasar:
Ikayana.
Munasifah. 2002. Interferensi
Bahasa Jawa ke Dalam Bahasa Indonesia pada Surat Kabar Terbitan Jawa Tengah
Bulan Agustus 2001. Skripsi: Unnes.
Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik:
Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi. Yogyakarta:
Karyono.
Setyowati, Avid.
2008. Interferensi Morfologis dan
Sintaksis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Kolom “Piye ya?” Harian Suara
Merdeka. Skripsi: Universitas Diponegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar