Sabtu, 12 Juli 2014

INTERFERENSI MORFOLOGIS PADA TEKS “GELANGGANG REMAJA” PANJEBAR SEMANGAT



INTERFERENSI MORFOLOGIS PADA TEKS “GELANGGANG REMAJA” PANJEBAR SEMANGAT
Disusun untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Sosiolinguistik
Dosen Pengampu: Prembayun Miji Lestari



Disusun oleh:
Tri Nurjanah
2601411131
Rombel 05





FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG







     Era globalisasi yang berkembang semakin pesat memengaruhi kehidupan bermasyarakat. Teknologi yang semakin canggih juga memberikan banyak dampak bagi keberlangsungan hidup manusia. Salah satunya ialah mempengaruhi bahasa yang mereka gunakan. Bahasa adalah hal yang sangat penting untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu kegiatan sosial, dalam kegaiatan tersebut dikirim dan diterima lambang-lambang yang mengandung arti.
     Menurut Dardjowidjojo, bahasa merupakan suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Nababan (1984:1) mengatakan bahwa bahasa adalah salah satu ciri paling khas yang manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain. Sedangkan Chaer (1995:19) mengatakan, secara tradisional bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Kesimpulannya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pikiran mereka.
     Sekarang ini, komunikasi tetap dapat dilakukan walaupun dalam keadaan tidak bertatap muka. Era globalisasi yang semakin canggih menciptakan berbagai media yang mempermudah komunikasi antar masyarakat. Bentuknyapun beraneka ragam, mulai dari media audio, media visual, dan media cetak. Salah satu bentuk media cetak yaitu majalah. Melalui majalah tersebut, seseorang dapat menyampaikan informasi, baik yang bertujuan untuk mendidik, menghibur, atau untuk mempengaruhi pembacanya.
     Dari berbagai jenis media cetak yang ada, dalam penelitian ini penulis memilih objek kajian berupa majalah. Majalah adalah media yang digunakan untuk menghasilkan gagasan feature dan publisistas bergambar untuk bahan referensi dimasa mendatang. Majalah biasanya terbit seminggu sekali. Kelebihan dari media ini adalah mampu menyajikan informasi yang tidak hanya menjawab pertanyaan 5W+1H, tetapi juga secara tuntas dengan pembahasan dari berbagai sisi, dicetak dengan kertas yang menarik dan berkualitas sehingga mampu menampilkan gambar-gambar yang lebih menarik dan mampu disimpan pada jangka waktu yang lama. Majalah berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang berfariasi, yang ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Seiring dengan perkembangannya, majalah yeng terbit di Indonesia saat ini mulai dari beragam segi isi maupun segmentasi pasarnya. Kategori majalah dibagi menjadi majalah berita, keluarga, wanita, pria, remaja, anak-anak, ilmiah populer, umum, hukum, pertanian, humor, olah raga, dan majalah berbahasa daerah.
     Salah satu majalah berbahasa daerah khususnya bahasa Jawa yang beredar saat ini adalah majalah Panjebar Semangat yang jika dilihat dari segi isinya dapat dikonsumsi oleh semua kalangan, baik tua, muda, wanita, pria, dan remaja. Dengan adanya jangkauan yang luas, tidak tertutup kemungkinan penggunaan bahasa Jawa yang ada dalam majalah tersebut terpengaruh oleh bahasa Indonesia dan bahasa asing lain. Unsur-unsur dari bahasa lain tetap masuk dalam penggunaan bahasa Jawa pada majalah Panjebar Semangat. Hal tersebut biasanya dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa. Dalam kasus ini telah timbul interferensi bahasa, dari penggunaan awal bahasa Jawa, kemudian unsur-unsur dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang lain masuk ke dalam bahasa Jawa tersebut. (Chaer, 2004:120)
     Weinreich dalam bukunya Language in Contact, mengartikan interferensi adalah interferensi yang tampak dalam perubahan sistem suatu bahasa, baik mengenai sistem fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Pembahasan tentang interferensi sangat luas cakupannya, namun dalam penelitian ini hanya akan membahas interferensi morfologi dalam pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa asing yang terdapat pada “Gelanggang Remaja” majalah Panjebar Semangat.



     Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:
  1. Bagaimana bentuk interferensi morfologi yang terjadi pada teks “Gelanggang Remaja” majalah Panjebar Semangat?
  2. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi terjadinya interferensi morfologi bahasa pada teks “Gelanggang Remaja” majalah Panjebar Semangat?

     Penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Mengetahui bentuk interferensi morfologi yang terjadi pada teks Gelanggang Remaja majalah Panjebar Semangat.
  2. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi morfologi pada teks Gelanggang Remaja majalah Panjebar Semangat.

     Diharapkan dengan adanya penelitian ini mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran bahasa.  Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, dan peneliti-peneliti lain. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk meneliti lebih dalam mengenai interferensi bahasa yang terjadi, juga untuk acuan agar dalam pengajaran bahasa Jawa tidak terjadi intreferensi. Bagi dosen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk mengukur potensi mahasiswa dalam menerapkan bahasa Jawa. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian yang lebih mendalam mengenai interferensi morfologi pada obyek lain.




Penelitian sebelumnya tentang interferensi sudah banyak dilakukan. Terbukti dengan beberapa penulis yang mulai menulis sejak 1950 seperti Weinrich, Haugen, Ferguson, Mackey, Lado, dan Richard. Di indonesia sendiri, penelitian tentang interferensi telah dilakukan oleh Rusyana (1957). Dalam penelitiannya yang berjudul Interferensi Morfologi pada Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Anak-anak yang Bernahasa Sunda Murid Sekolah Dasra Daerah Propinsi Jawa Barat, yang kemudian dilanjutkan oleh Ridjin (1981), Huda (1981), Abdulhayi (1985), dkk.
Penelitian yang lainnya juga dilakukan oleh Munasifah (2002), dan Setyowati (2008).
Munasifah (2002) melakukan penelitian dengan judul Interferensi Bahasa Jawa ke Dalam Bahasa Indonesia pada Surat Kabar Terbitan Jawa Tengah Bulan Agustus 2001. Munasifah menemukan hasil berupa bentuk-bentuk interferensi pada surat kabar terbitan bulan Agustus 2001. Bentuk-bentuk interferensi tersebut yaitu interferensi morfologis yaitu: a) pemakaian prefiks N-, b) pemakaian prefiks ke- penggantian ter-. C) sufiks –an pada kata dasar bermakna lokatif, d) afiks ke-an pengganti kata “terlalu”, e) imbuhan –an pada kata dasar, f) interferensi bentuk ulang. Interferensi sintaksis yaitu: a) interferensi fungsi subyek, b) interferensi fungsi obyek, c) interferensi fungsi keterangan, d) pemakaian partikel bahasa Jawa. Interferensi leksikal, yakni berupa: a) pemakaian kata dasar bahasa Jawa, b) pemakaian kata jadian bahasa Jawa. Adapun faktor penyebab terjadinya interferensi, yaitu karena pemakaian bahasa Jawa sudah menjadi hal lumrah karena notabene bahasa Jawa adalah bahasa Ibu daerah Jawa Tengah, terkadang dalam pembuatan beritanya terpengaruh bahasa Jawa. Keudian untuk mengurangi tingkat keresmian suasana, mengakrabi pembaca lewat tulisan agar bahasa dalam surat kabar mudah dipahami, dan supaya memberikan kekhasan nuansa kedaerahan.
     Setyowati (2008) juga melakukan penelitian mengenai interferensi bahasa, dalam skripsinya yang berjudul Interferensi Morfologis dan Sintaksis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Kolom “Piye ya? Harian Suara Merdeka. Setyowati menemukan hasil bahwa interferensi yang terjadai pada kolom “Piye ya?” harian Suara Merdeka yaitu interferensi morfologis, berupa a) pemakaian bentuk nasalisasi bahasa Jawa yaitu prefiks N-, b) penambahan prefiks ber- bahasa Indonesia, c) penambahan sufiks –an bahasa Jawa, d) pertukaran prefiks ke- bahasa Jawa, e) pertukaran sufiks e- bahasa Jawa pengganti –nya ­bahasa Indonesia, f) pertukaran konfiks ke-an bahasa Jawa pengganti kata “terlalu” bahasa Indonesia. Selain itu Setyowati juga menemukan pemakaian kata ulang, dan interferensi sintaksis dalam penelitiannya. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi ini adalah pemakaian bahasa Jawa pada saat berbicara dengan bahasa Indonesia mengakibatkan adanya penyimpangan struktur bahasa. Penyimpangan struktur tersebut dapat mengakibatkan terjadinya interferensi.

     Interferensi pertama kali digunakan oleh Weinrich (1953) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. (Weinreich (1953) dalam Chaer, 2004:120)
     Nababan (1993:35) mengungkapkan bahwa interferensi merupakan suatu gejala “pengacauan” dalam penggunaan bahasa, baik yang produktif maupun yang reseptif pada orang yang berdwibahasa. Sedangkan menurut Alwasilah (1993:14) menyebutkan bahwa interferensi bisa terjadi pada pengucapan, tata bahasa, kosakata, dan makna budaya baik dalam ucapan maupun tulisan terutama kalau seseorang mempelajarai bahasa kedua.
     Pendapat lain mengenai interferensi dikemukakan oleh Jendra (1995:187) yang menyatakan bahwa interferensi sebagai gejala penyusupan sistem suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Interferensi timbul karena kedwibahasaan menerapkan sistem satuan bunyi (fonem) bahasa pertama ke dalam sistem bunyi bahasa kedua sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan atau penyimpangan pada sistem fonemik bahasa penerima.
     Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpenting dan paling dominan dalam perkembangan bahasa. gejala interferensi dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain sulit untuk dihindari.

     Ramlan (1987:21) mengatakan bahwa morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi sintaksis. Selain itu Ramlan juga menegaskan bahwa selain mempelajari tentang kata, morfologi juga mempelajari perubahan bentuk kata.
     Berdasarkan definisi morfologi tersebut, dapat diketahui bahwa morfologi berkaitan dengan pembentukan kata dan perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata tersebut melalui proses morfologis. Oleh karena itu, interferensi morfologis berarti interferensi yang terjadi pada pembentukan dan perubahan bentuk kata.
     Pada penelitian Abdulhayi (1985) yang berjudul Interferensi Gramatikal Bahasa Indonesia pada Bahasa Jawa, ditemukan tiga bentuk interferensi morfologis yaitu: (1) interferensi unsur pembentuk kata (UPK), (2) interferensi pola proses morfologis, (3) kombinasi interferensi UPK dan pola proses morfologis. Interferensi morfologis unsur pembentuk kata adalah interferensi yang terjadi karena kemunculan alat pembentuk kata bahasa Indonesia yang berwujud afika, ulang, dan majemuk dalam proses morfologis bahasa Jawa (Abdulhayi, 1985:19). Interferensi pola morfologis adalah interferensi morfologis berupa penggunaan pola proses morfologis bahasa Indonesia dalam proses morfologi bahasa Jawa.



      Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan teoretis dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiolinguistik. Pendekatan sosiolinguistik berkaitan dengan teori-teori atau ilmu yang memperhatikan bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat (Chaer, 2004:3). Sedangkan pendekatan metodologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hal ini dikarenakan hasil perolehannya tidak berupa statistik atau bentuk hitungan, tetapi dalam bentuk tulisan. Bersifat deskriptif berarti penelitian bermaksud untuk mendeskripsikan situasi-situasi atau keadaan-keadaan secara sistematis, faktual, dan akurat. Hasil analisis dari penelitian ini berbentuk deskripsi tentang bentuk interferensi morfologis Bahasa Indonesia dan bahasa asing ke dalam bahasa Jawa pada teks “Gelanggang Remaja” majalah Panjebar Semangat.

     Data dalam penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang terkandung interferensi di dalamnya.
     Sumber data penelitian ini diambil dari data tertulis dari teks Gelanggang Remaja majalah Panjebar Semangat.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data. Analisis data yang digunakan adalah teknik pisah atau teknik pilah, yaitu dengan memisahkan kalimat-kalimat yang mengandung interferensi bahasa dalam teks Gelanggang Remaja”.




     Temuan penelitian ini adalah interferensi morfologi yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa pada teks Gelanggang Remaja. Data dalam penelitian ini diambil dari majalah Panjebar Semangat.
     Temuan interferensi morfologis dalam teks Gelanggang Remaja meliputi: (1) interferensi unsur pembentuk kata, (2) interferensi pola proses morfologis, dan (3) interferensi kombinasi unsur pembentuk kata dan interferensi pola proses morfologis.
     Interferensi morfologi dapat terjadi apabila dalam pembentukan kata bahasa Jawa menyerap unsur bahasa atau afiks lain, dalam hal ini terjadinya penyerapan unsur bahasa Indonesia dan bahasa lain ke dalam pembentukan kata bahasa Jawa. Persentuhanunsur kedua bahasa tersebut dapat menyebabkan perubahan sistem bahasa yang bersangkutan. Interferensi morfologi bahasa indonesia ke dalam bahasa Jawa pada teks Gelanggang Remaja di majalah Panjebar Semangat berupa (1)  interferensi unsur pembentuk kata, (2) interferensi pola proses morfologis, dan (3) interferensi kombinasi unsur pembentuk kata dan interferensi pola proses morfologis.
     Interferensi unsur pembentuk kata adalah interferensi morfologis yang terjadi karena munculnya alat pembentuk kata berupa afiks, perulangan, dan pemajemukan atau penggunaan frasa bahasa Indonesia dan bahasa asing ke dalam bahasa Jawa. Berdasarkan data yang diperoleh, interferensi unsur pembentuk kata terlihat dari kalimat berikut:

“Nanging aja nganggep remeh karya-karya kang wis diciptakake wanita kang akrab disapa Mouly iki.”

“Namun jangan anggap enteng karya-karya yang sudah diciptakan oleh wanita yang akrab disapa Mouly ini.”
(data 1)
“Saliyane iku dheweke uga kasil nembus Festival Sundance 2013 ing Utah, Amerika Serikat lumantar film When They Don’t Talk About When They Talk About Love, kang ing layar lebar mau dadi film Indonesia pertama kang melu kompetisi ing festival film Sundance, lan banjur menangake NETPAC Award ing Rotterdam Film Festival.

“Selain itu dia juga berhasil menembus Festival Sundance 2013 di Utah, Amerika Serikat lewat film When They Don’t Talk About When They Talk About Loveyang di layar lebar dijadikan film Indonesia pertama yang mengikuti kompetisi di Festival film Sundance, dan kemudian memenangkan NETPAC Award di Rotterdam Film Festival.”
(data 2)

“Merga sejatine aku pengin nggawe film salawase, seumur hidup, merga mbuh kenangapa film ndadekake aku luwih urip wae.”

“Karena sejatinya saya ingin membuat film selamanya, seumur hidup, karena entah karena apa film membuat saya lebih hidup saja.”
(data 3)

Pada data (1), (2) dan data (3) terdapat kompositium bahasa iNdonesia ke dalam bahasa Jawa yaitu penggunaan nganggep remeh, pertama, dan seumur hidup. Kata rersebut merupakan transliterasi dari bahasa Indonesia yaitu ‘menganggap remeh’, ‘pertama’, dan ‘seumur hidup’. Bentuk pola bahasa Jawa yang baku adalah nggampangaken, kapisan, dan salawase urip. Berikut data (1), (2) dan (3) yang sudah sesuai dengan bahasa Jawa baku.

“Nanging aja nggampangaken karya-karya kang wis diciptakake wanita kang akrab disapa Mouly iki.”

“Namun jangan anggap enteng karya-karya yang sudah diciptakan oleh wanita yang akrab disapa Mouly ini.”
(data 1)

“Saliyane iku dheweke uga kasil nembus Festival Sundance 2013 ing Utah, Amerika Serikat lumantar film When They Don’t Talk About When They Talk About Love, kang ing layar lebar mau dadi film Indonesia kapisan kang melu kompetisi ing festival film Sundance, lan banjur menangake NETPAC Award ing Rotterdam Film Festival.

“Selain itu dia juga berhasil menembus Festival Sundance 2013 di Utah, Amerika Serikat lewat film When They Don’t Talk About When They Talk About Loveyang di layar lebar dijadikan film Indonesia pertama yang mengikuti kompetisi di Festival film Sundance, dan kemudian memenangkan NETPAC Award di Rotterdam Film Festival.”
(data 2)

“Merga sejatine aku pengin nggawe film salawase, seumur hidup, merga mbuh kenangapa film ndadekake aku luwih urip wae.”

“Karena sejatinya saya ingin membuat film selamanya, seumur hidup, karena entah karena apa film membuat saya lebih hidup saja.”
(data 3)

     Interferensi morfologis yang diperoleh pada penelitian ini berupa awalan (prefiks), akhiran (sufiks) dan kombinasi (konfiks).
Berikut ini data yang menunjukkan interferensi pola proses morfologis:
       “Aku milih ora mikiraken utawa ngarep-arep apa-apa saka kana, kita kirim ngono wae lan ora preduli, yen oleh ya syukur yen ora ya wis”          

“Saya memilih untuk tidak memikirkan atau mengaharap apapun dari itu, kita mengirim seperti itu dan tidak peduli, kalau dapat ya syukur kalau tidak ya sudah.”
(data 4)

Kata mikiraken pada data (4) pada bahasa Jawa lebih tepat apabila diganti dengan mikiri karena kata mikiraken hanya mengambil dari konfiks me-kan dalam bahasa Indonesia. Hal ini menimbulkan kesan kaku dan kurang tepat. Pembenaran pada data (4) yaitu:
“Aku milih ora mikiraken utawa ngarep-arep apa-apa saka kana, kita kirim ngono wae lan ora preduli, yen oleh ya syukur yen ora ya wis”          

“Saya memilih untuk tidak memikirkan atau mengaharap apapun dari itu, kita mengirim seperti itu dan tidak peduli, kalau dapat ya syukur kalau tidak ya sudah.”
(data 4)

     Interferensi kombinsai antara interferensi unsur pembentuk kata dan interferensi pola proses morfologis merupakan gejala munculnya unsur pembentuk kata bahasa Indonesia bersama dengan morfem pembentuk kata bahasa Jawa. Interferensi kombinasi pembentuk kata dan pola proses morfologis terdapat pada data berikut:
“Dheweke mung nganggep iku sawijining bonus lan dudu tujuwan utama nalika nggawe film.”
      
“Dia hanya menganggap hal tersebut salah satu bonus dan bukan tujuan utama saat membuat film.”
       (data 5)
      
            “Aku ora tau nganggep iki kabeh dadi sawijining bab kang patut tak banggakake, dudu ateges aku ora muji syukur ya.”

“Saya tidak pernah menganggap ini semua menjadi salah satu hal yang patut saya banggakan, bukan berarti saya tidak bersyukur.”
       (data 6)
     Interferensi terlihat pada kata nganggep, banggakake. Kata-kata tersebut memiliki kata dasar anggap dan bangga. Kata-kata dasar tersebut merupakan kosakata dalam bahasa Indonesia. Dalam kalimat berbahasa Jawa, kata-kata tersebut lebih tepat apabila diganti ndadekake dan bombongake. Koreksi terhadap data (5) dan (6) adalah sebagai berikut:
“Dheweke mung ndadekake iku sawijining bonus lan dudu tujuwan utama nalika nggawe film.”
      
“Dia hanya menganggap hal tersebut salah satu bonus dan bukan tujuan utama saat membuat film.”
       (data 5)
      
            “Aku ora tau nganggep iki kabeh dadi sawijining bab kang patut tak bombongake, dudu ateges aku ora muji syukur ya.”

“Saya tidak pernah menganggap ini semua menjadi salah satu hal yang patut saya banggakan, bukan berarti saya tidak bersyukur.”
       (data 6)





     Terjadinya interferensi dapat dikarenakan penutur menggunakan bahasa pertama ketika sedang berbicara dalam bahasa kedua. Pemakaian bahasa Indonesia pada saat berbicara dengan bahasa Jawa mengakibatkan adanya penyimpangan struktur bahasa. penyimpangan tersebutlan yang mengakibatkan terjadinya interferensi.
Pemakaian bahasa Indonesia atau bahasa asing dalam pemakaian bahasa Jawa pada teks Gelanggang Remaja majalah Panjebar Semangat dipilih oleh penulis karena pada teks tersebut banyak ditemukan interferensi bahasa, terutama bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi, yaitu:
1.             Kebiasaan penutur menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama.
2.             Bahasa Indonesis lebih dimengerti oleh kalangan remaja, sebab era modern ini, banyak anak-anak Jawa yang bahasa ibunya adalah bahasa Indonesia.
3.             Penekanan makna yang terkadang memang tidak bisa menggunakan bahasa Jawa.
4.             Kesulitan padanan arti bahasa jika tetap menggunakan bahasa Jawa dalam teks.














      Berdasarkan hasil analisis pada teks Gelanggang Remaja majalah Panjebar Semangat ditemukan banyak interferensi terutama interferensi morfologis. Interferensi morfologis yang ditemukan berupa (1)  interferensi unsur pembentuk kata, (2) interferensi pola proses morfologis, dan (3) interferensi kombinasi unsur pembentuk kata dan interferensi pola proses morfologis.
     Saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:
1.    Pihak editor sebaiknya lebih memperhatikan penggunaan bahasa pada teks Gelanggang Remaja, apabila terjadi kesalahan terutama berupa interferensi segera diganti agar menjadi kalimat berbahasa Jawa yang baik dan benar.
2.    Majalah Panjebar Semangat dibaca dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan, oleh karena itu pengelola bagian-bagaian majalah harus lebih memperhatikan penggunaan bahasa agar dapat menjadi contoh dan meminimalkan kesalahan yang terjadi.
3.    Pembaca dari berbagai kalangan seharusnya lebih teliti dalam menggunakan bahasa agar tidak terjadi interferensi.



Abdulhayi, Syaf E. Sulaiman, Sutama, Suharti. 1985. Interferensi Gramatikal Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Alwasilah, A Chaedar. 1993. Linguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Angaksa.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Jendra, I Wayan. 1991. Dasar-dasar Sosiolinguistik. Denpasar: Ikayana.

Munasifah. 2002. Interferensi Bahasa Jawa ke Dalam Bahasa Indonesia pada Surat Kabar Terbitan Jawa Tengah Bulan Agustus 2001. Skripsi: Unnes.

Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi. Yogyakarta: Karyono.

Setyowati, Avid. 2008. Interferensi Morfologis dan Sintaksis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Kolom “Piye ya?” Harian Suara Merdeka. Skripsi: Universitas Diponegoro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar