Di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen,
terdapat suatu tradisi seni yang dinamakan Seni Jemblung. Seni
Jemblung sendiri merupakan suatu kesenian yang sudah jarang ditampilkan di
Kebumen. Adapun kesenian ini hanya ada pada lingkup yang kecil, yaitu di Desa
Jatijajar saja. Walaupun terkadang juga ada panggilan untuk menampilkan di luar
kota, sayangnya permintaan itu semakin lama semakin jarang.
Jemblung
sendiri sebenarnya berasal dari kata “gembleng”
yang dalam bahasa Indonesia berarti “orang yang sudah mantap”. Jadi, untuk
menjadi seorang pemain jemblung harus benar-benar sudah mantap hatinya untuk
bercerita pada audiens-nya. Dalam
penyampaiannya, seni jemblung ini dimainkan oleh 5-6 orang. Salah satu sebagai dhalang, salah satu menjadi sindhen, dan yang lain menjadi
pemainnya. Seni jemblung merupakan kesenian yang unik, karena dalam
pementasnnya tidak menggunakan iringan gendhing, tidak menggunakan properti
yang berlebihan. Semua serba apa adanya. Iringannya menggunakan suara mulut,
begitu pula untuk properti ataupun perlengkapan yang digunakan, hanya
menggunakan barang-barang yang ada di depan mereka. Misalnya saja ketika ada
sebuah adegan perang, mereka tidak menggunakan pedang atau keris sebagai
senjatanya, namun mereka menggunakan pisang yang ada di tenong-nya. Tenong di
sini berada di atas meja tempat mereka bercerita, berisi ingkung dan segala
macamnya, tumpeng, jajan pasar, rokok, dan buah-buahan.
Adapun
cerita-cerita yang disampaikan pada seni jemblung ini sangat bervariasi,
bergantung pada permintaan tuan rumah, ataupun pada audiens yang akan menyaksikan. Cerita yang biasanya disampaikan
yaitu cerita religius, sejarah, wali sanga, kethoprak, juga cerita-cerita
wayang lainnya. Bahasa yang dipakai dalam penampilan seni jemblung ini juga
menyesuaikan keadaan. Misalnya saja, ketika setting-nya
adalah waktu dimana ada orang Belanda yang ikut berperan, maka bahasa yang
digunakan juga semi Belanda.
Dari
cerita-cerita yang disampaikan pada seni jemblung, banyak ditemukan nilai-nilai
yang patut dijadikan sebagai nilai didik pada siswa untuk lebih santun dan dapat menanamkan jiwa patriotisme
pada diri mereka. Dari nilai-nilai tersebut maka diharapkan siswa dapat
mempunyai budi pekerti yang luhur, peduli sosial dan lingkungan, sadar akan hak
dan kewajiban diri, bersahabat, menghargai karya orang lain, berjiwa
nasionalis, dan nilai-nilai luhur lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar